Saturday 22 May 2010

Explode


Makalah,
Film,
Makalah lagi,
Tugas beratus-ratus nomor,
Terjemahan,
dan makalah lagi.

Kalau kata teman saya, ibarat makanan yang dijejalkan terus-menerus ke mulut. Rasanya mau muntah menghadapi kata-kata di atas itu.

Lalu, saya kabur mencari ketenangan. Tapi ternyata, di tempat yang saya kira saya bisa tenang sungguh jauh di luar ketenangan. Mulut-mulut yang tidak pernah beres selalu mengiringi saya. Yang ini lah, itu lah. Padahal semuanya itu tidak beres. Abnormal bagi saya. Belum lagi muka tak peduli yang selalu menampakkan diri di depan saya. Kalau saya bisa memakunya agar bisa selalu melihat keadaan, pasti sudah saya lakukan dari dulu. Tapi karena tak bisa, kekesalan justru semakin bertumpuk. Saya pun menyerah pada ketidaktenangan.

Baru saya sadar, yang namanya tempat tenang itu TAK ADA.