Tuesday 5 October 2010

Procrastinator's Murmuring


Seperti siput yang berjalan di batu, saya pun bergerak sangat lambat. Bahkan, memulai pun terasa berat. Kelapangan waktu itu melenakan saya, membuat mata saya cukup sering (selalu) berpaling kepada hal-hal lain.

Saya tersadar bahwa optimis dan meremehkan itu hal yang berbeda. Mungkin yang saya lakukan kemarin adalah hal yang kedua.

Waktu semakin mepet, saya masih tenggelam dalam kebodohan yang luar biasa. Orang biasa mungkin akan tersadar oleh mepetnya waktu itu. Tapi, tidak dengan saya. Jadi, saya ambil kesimpulan bahwa saya orang yang luar biasa. Entah luar biasa bodoh atau apa?

Saat waktu terus berjalan, habislah masa saya. Parahnya, pekerjaan yang menanti tak kunjung berkurang. Saya pun bungkam terhadap sekeliling. Tak ingin rasanya diingatkan akan pekerjaan itu dan saya masih dalam status hal yang kedua tadi, menganggap semuanya pasti akan baik-baik saja.

Tiba waktunya, saya tak mampu menyelesaikannya. Stres berat melanda. Seperti apa stresnya? Saya tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Yang jelas badan saya menggigil dibuatnya. Selama berjam-jam selama berhari-hari saya terkurung dan terpaku di depan layar laptop.

Tadinya kalau pekerjaan ini beres, saya mau sombong dengan mengatakan "I am a good procrastinator" tapi, yah, meskipun pada akhirnya beres juga (dengan penundaan berkali-kali), saya malah mengatakan "I'll never ever do procrastinate again. NEVER..!"

Catatan kaki: Saya sangat terpukul saat mencari gambar dengan keyword 'procrastinator'. Yang keluar gambar siput. Yaaaahhhh, mungkin begitulah saya.