Tuesday 26 January 2010

Kembali dari Rumah Kembali ke Rumah


Huff! Keluhan sempat keluar saat aku membaca sebuah pesan di layar handphone. Panggilan. Sebuah kota kecil yang menjadi saksi atas peristiwa penting dalam hidupku kembali memanggil. Padahal, aku baru saja menginjakkan kaki di tempat kelahiran.

Sempat terlintas di benakku alasan untuk tidak kembali. Tapi kemudian aku teringat peristiwa beberapa minggu yang lalu. Fatal akibatnya kalau kembali mengulangnya. Hanya keledai, kan, yang jatuh di lubang yang sama?

Dengan semangat yang dipaksakan, aku kembali. Sedih rasanya saat berjalan memunggungi rumah kecil nan ramai namun tak hangat yang menjadi kediamanku sejak aku lahir. Satu pikiran yang nyata kebenarannya terlintas di benakku, rumah ini bukan lah kediamanku lagi.

Sepanjang perjalanan kembali ke kota kecilku, bayangan rumah terus menghantui. Terngiang juga omelan nenekku yang baik hati. Mungkin bukan omelan tapi rasa kangennya yang meluncur dari mulutnya dengan kata-kata yang judes. Kata nenek, aku buang-buang uang dengan bolak-balik seperti ini. Cengiran aneh yang aku tujukan ke nenekku membuatnya makin cemberut. Yah, mau bagaimana lagi?

Cukup sudah aku membayangkan rumah yang sudah kutinggalkan. Aku beranjak dalam pikiranku mendatangi rumah satu lagi dimana bis yang aku naiki membawaku kesana. Kecepatan stabil. Tak sampai dua jam aku akan berada kembali ke rumahku.

Aku bayangkan wajah-wajah rekan seperjuanganku. Lalu, kegiatan yang menjadi alasan ku kembali ke kota kecil itu. Semangat! Inilah alasan yang harus kutanam baik-baik di hati. Tak ada tempat senyaman rumahku yang satu ini. Berbagai kegiatan, sekumpulan cerita, sekelompok insan, masjid atas bukit. Ya, ini alasan kenapa aku mencintai rumah yang satu ini. Di sini semuanya berharap kebahagiaan di hari nanti. Yang abadi tentunya lebih menggiurkan dari yang fana. Di sinilah rumahku.

No comments:

Post a Comment